Suatu hari Rasulullah SAW mengumpulkan para sahabatnya dalam sebuah taklim kajian yang diperuntukan untuk para sahabat. Dalam taklim tersebut Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat.
Siapakah orang yang bangkrut? dijawablah oleh para sahabat , bahwa orang yang bangkrut adalah orang yang utangnya lebih banyak dari pendapatnya, orang yang tidak memiliki harta .
Lalu Rasulullah menyampaikan bahwa orang yang bangkrut, bukanlah orang yang tidak punya harta atau orang yang hutangnya lebih banyak dari pendapatnya. Tetapi orang yang datang menghadap Allah dengan pahal yang banyak yang dihimpun dari sholatnya, puasanya, shodaqohnya, Hajinya , tetapi masuk neraka.
Lho kok bisa, karena sebelum orang tersebut masuk surga, ada banyak orang yang protes , karena dalam kesehariannya orang tersebut juga suka ghibah, senang mencaci maki, suka mengambil harta yang bukan haknya , mendzolimi orang lain dan berbagai kejahatan lainnya.
Sehingga ketika dihisab ternyata pahala yang di peroleh dengan berbagai aktifitas positifnya tidak bisa untuk menutupi kejahatan yang dilakukannya. Akhirnya orang inilah yang dikategorikan menjadi orang yang bangkrut.
Sebuah pelajaran yang kita ambil dari kisah ini, bahwa didalam hidup ini sebisa mungkin menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah adalah hal yang perlu diperjuangkan dengan semaksimal mungkin.
Jangan sampai kita memiliki pandangan bahwa Tobat setiap saat tapi maksiat juga disikat. atau Tobat diamalkan , maksiat dijalankan. Orany yang memiliki standar ganda dalam hidupnya dengan mencampurkan antara kebaikan dan kebenaran didalam hidupnya.