Pemilu legeslatif 2014 sudah berlalu, sekarang tinggal menunggu hasil rekapan perhitungannya. Jika lancar , perhitungan sudah sampai pada tingkat provinsi yang dilakukan oleh KPU Pusat.
Pemilu 2014 ini, lebih melelahkan dibandingkan dengan pemilu 2009. Dari beberapa tanggapan yang berasal dari caleg, mereka cenderung menyampaikan bahwa pemilu 2014 ini lebih semuanya, dibanding dengan pemilu 2009. Lebih secara materi, secara tenaga, secara fisik dan lebih secara konflik.
Secara materi, uang yang di gunakan untuk kampanye lebih banyak. Pengeluaran yang paling banyak adalah untuk sosialisasi kepada masyarakat. Permintaan masyarakat sangat beragam, mulai dari permintaan fisik sampai transport untuk mendatangkan warga masyarakat.
Masyarakat sudah cenderung pragmatis, karena menganggap semua partai sama saja, toh ujung-ujungnya korupsi.Toh kalau sudah jadi gak mungkin ingat lagi. Sudah tidak ada harapan lagi untuk partai politik.
kondisi ini ditambah dengan sistem pemilu yang sangat liberal, karena caleg jadi berdasarkan suara terbanyak, bukan mengandalkan nomor urut. Alhasil dalam satu partai banyak sekali kejadian saling menjatuhkan dikarenakan mengejar suara terbanyak untuk namanya.
Dan endingnya adalah pragmatisme, hujan uang dimana-mana. Visi misi partai tidak dipakai lagi, caleg antar partai saling jegal, masyarakat minta yang pragmatis dan pengawas pemilu tidak kuasa mengawasi jalannya pemilu yang jujur dan adil. akhirnya semboyan mansyarakat menjadi NPWP (Nomer Piro Wani Piro)