My Father Is My Hero (Edisi Menjadi Guru)

Motor yamaha RS 1975Seingat saya ayahku memulai karir menjadi guru semenjak tahun 1972, dan ditempatkan diaderah yang pencit magupit gupit (pelosok banget) di SD Klumpit Dusun Klumpit desa Karangasem Kecamatan Ponjong Kabupaten Gunungkidul. Satau ku SD paling ujung timur diprovinsi daerah Istimewa Yogyakarta.

Dari rumah, agak lumayan jaraknya. Kurang lebih 10 KM, dan awal-awal ayahku naik sepeda ontel untuk sampai ke SD tempat mengajar. Menyusuri jalan berbatu dan menanjak. Kadang kalau jalan lagi becek habis diguyur hujan terpaksa sepeda ontel tidak bisa kendarai.

Samapi akhirnya bapak saya bisa membeli sepeda motor tahun 1975. Yamaha RS Silver tahun 1975. Dibeli second dari orang sleman. Berbahan bakar Bensin dan dicampur dengan oli samping. Karena jenis kendaraan ini model 2 tak. Untuk pembakarannya membutuhkan oli samping dan suaranya halus, keluar asapnya.Motor seperti ini sudah tidak dikembangkan lagi karena tidak ramah lingkungan, dan kadang agak boros .

Sampai saat ini motor tersebut masih ada. Dan ketika saya tanya, kenapa tidak dijual saja? Jawab ayah saya. Ben tak nggone ngasih bobrok (biarkan tak pakainya sampai tidak bisa dipakai). Memang sekarang agak sedikit kesulitan suku cadang. Mungkin sudah termasuk barang langka. Tapi buat bapak saya motor yamaha RS Silver 1975 tidak akan dijual karena mungkin memilki kenangan tersendiri.

Jama dulu menjadi guru, bukan menjadi profesi yang diidam-idamkan seperti sekarang, maklum gaji guru tidak seberapa, paling bisa  untuk makan 1 minggu, setelah itu ngutang sana-sini atau kalau masih satu rumah dengan orangtua,nebeng dengan dengan orangtua untuk makannya.

Makanya kalau dulu , saya percaya kalau guru itu disebut pahlawan tanpa tanda jasa memang perjuangan dan komitmen untuk mendidiknya patut diacungi keempat jempol yang kita punya.

Mencari Rumput Untuk Makan ternakDengan kondisi yang demikian, bapak saya mencoba untuk menambah income keluarga dengan bercocok tanam dan beternak. Maklum daerah pedesaan, hal yang umum dalam mencari rejeki adalah dengan bercocok taman , seperti menanam padi , jagung, kedelai dan ketela serta beternak ayam, kambing dan sapi.

Saya ingat, setelah selesai mengajar, bapak  langsung beralih profesi menjadi petani nyambi jadi peternak.Dan hal ini dilakukan sampai saat ini, bapak saya lebih senang perpeluh keringat disawah dan diladang, daripada aktif dalam organisasi kemasyarakatan dan profesi, sebuah pilihan yang aku hormati.

Seiring perajalan waktu, ganti presiden ganti kebijakan. Guru  diperhatikan oleh penguasa, Seingat saya yang begitu kelihatan adalah kebijakan pada masa Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur) dengan menaikkan gaji guru yang signifikan.Dengan harapan gaji guru naik kesejahteraan meningkat dengan harapan kinerjannya semakin baik dan profesional untuk mendidik anak negeri ini.

Dan yang paling baru ini adalah kebijakan renumerasi atau lebih tenarnya adalah sertifikasi untuk guru.Program ini ditujukan untuk guru , supaya bisa bekerja lebih profesional lagi dan memiliki kompetensi yang lebih. Konon kabarnya tunjangan sertifikasi ini lumayan besarnya, sama dengan gaji pokoknya, dan  diterimakan 6 bulan sekali.

Program pemerintah ini adalah program pernghargaan untuk guru supaya bisa memacu kualitas dari pengajaran dengan imbalan yang lumayan. Maksud program baik , tapi kadang realita dilapangan agak sedikit melenceng.

Konon kabar yang saya dengar penyimpangannya adalah ada aturan tidak tertulis bahwa yang mendapat sertifikasi adalah guru senior dulu, jadi urut kacang dalam bahasa jawanya.Kemudian Portofolio sebagai dasar pengajuan syarat sertifikasi ada yang diorderkan kepihak lain dan datanya kadang tidak valid.

Data tidak valid ini sebagai contoh, saat awal-awal digulirkannya sertifikasi banyak kegiatan-kegiatan seminar dadakan hanya untuk mendapatkan sertifikat untuk tambahan point dalam penskoran untuk lulus tidaknya progran sertifikasi. Jadi semakin aktif dalam kegiatan seminar-seminar dan organisasi kemsayarakat semakin besar kemungkinan lolos program sertifikasi. Tapi kadang banyak oknum guru yang hanya nitip, uang pendaftaran, tidak ikut seminar dan yang penting dapat sertifikatnya.

Kemudian jika tidak lolos portofolio ada program diklat, yang dilakukan selama 14 hari dan setelah diklat ada ujian yang menentuan lulus tidaknya di program sertifikasi tersebut. Intinya berbagai kemudahan yang ditujukan kepada guru supaya dapat lolos program sertifikasi.

Setelah program sertifikasi ini berjalan, memang ada perubahan, minamal sekarang banyak mobil-mobil dan motor bagus yang sudah terparkir dihalaman sekolah dari SD sampai SMU. Rumah yang mentereng dari para pendidik dinegeri ini.

Sebuah pengamatan nyata yang bisa kita lihat, sudah tidak ada lagi guru terlambat karena motornya mogok, atau berpeluh keringat mengayuh sepeda onthelnya. Atau rumahnya yang kusuh karena tidak ada anggaran untuk merenovasi rumahnya.

Bayangkan saja jika gaji pokok Guru PNS 2 Juta maka bisa dipastikan selama 1 tahun 24 Juta adalah bonus dari program sertifikasi beum dari gaji yang didapatkan perbulannya.Lebih heboh lagi kalau suami istri PNS Guru dan Sudah Sertifikasi lebih heboh lagi.He.he..he.

Saya juga belum melihat korelasi kualitas guru sertifikasi dengan kualitas hasil didikan yang didapatkan. Artinya sejauh mana kualitas anak didik sekolah sekarang, lebih majukan atau malah sebaliknya. Belum ada survey yang dilakukan .

Bapak saya juga termasuk orang yang terprovokasi juga untuk mencoba peruntungan untuk lolos program sertifikasi, entah dengan alasan karena dikompori teman-temanya, atau tergiur mendapatkan kompensasi uang dari program sertifikasi atau murni kesadaran untuk meningkatkan kualitas pribadi.

Akhirnya tahapan dilalui, dibuatlah portofolio, saya tidak tahu, portofolio tersebut dibuatkan atau membuat sendiri. Dan singkat cerita diajukanlah portofolio tersebut dan diumumkan bahwa bapak saya tidak lolos portofolio dikarenakan nilainya kurang.dan harus ikut diklat.

Muncul dorongan dan motivasi  dari berbagai pihak, terutama, dari teman-teman guru untuk mengikuti diklat sebagai syarat kelulusan program sertifikasi ini. Tapi sampai batas akhir pendaftaran bapak saya tidak mendaftarakan diri mengikuti diklat sertifikasi, dan tidak akan meneruskan mengikuti program sertifikasi.

Munculnya pernyataan ini menimbulkan pro dan kontra diantara teman-teman bapak saya, banyak yang menyayangkan keputusan bapak saya untuk tidak melanjutkan mengikuti diklat sertifikasi. Dan yang menjadi alasan tidak ikut karena bapak saya memang merasa tidak kualifikasi untuk mendapatkan gelar guru bersertifikat.

Panggilan dilakukan sampai berkali-kali, teman-teman bapak, saya sendiri diminta  membujuk bapak melanjutkan mengikuti diklat. Dan yang terakhir , bapak diminta untuk membuat surat pernyataan untuk meyakinkan bahwa tidak akan mengikuti sertifikasi. Tapi bapak saya tetap pada pendiriannya bahwa tidak akan mengikuti diklat sertifikasi.

Klarifikasi yang saya lakukan dengan bapak saya terkait alasan  penolakannya melanjutkan sertifikasi adalah sebagai berikut: Bahwa dana sertifikasi lebih baik diberikan untuk guru yang masih mengabdi (GTT atau Honorer) yang gajinya masih jauh dibawah standar UMR.Kemudian dan sertifikasi lebih baik digunakan untuk membiayai sarana-prasarana fisik untuk menunjang kegiatan belajar mengajar dan pernyataan yang paling polos dari bapak saya: kalau portofolio sudah tidak lolos, berarti memang saya belum layak bergelar guru sertifikasi, mending saya mencangkul disawah saja…sambil tertawa..

Alasan yang bisa saya terima, walaupun tidak populis dan tidak seperti pikiran orang pada umumnya. Sebuah pilihan yang menimbulkan pro dan kontra.Tetapi dalam kondisi yang seperti apapun, saya tetap akan menghargai dan menghormati pilihan bapak saya. Karena bapak saya adalah pahlawan saya( My Father Is My Hero) .

Tinggalkan Balasan